BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah
dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur.
Sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang
dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar. Pertumbuhan dan
perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu. Walaupun demikian seorang
anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya mengkunsumsi
makanan, perawatan, bimbingan, perasaana aman, pencegahan penyakit dan
sebaginya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak
harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Banyak faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya adlah faktor lingkungan.
Bila lingkungan karena suatu hal menjadi buruk, maka keadaan tersebut hendaknya
diubah (dimodifikasi) sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan
dengan sebaik-baiknya.
B.
Mengapa Tumbuh Kembang Anak Harus
Dipelajari?.
1.
Sebagai alat ukur dalam asuhan
keperawatan
2.
Diperlukan untuk mengetahui yang normal
dalam rangka mendeteksi defiasi dari normal.
3.
Memepelajari tumbuh krmbang memberikan
guide line untuk menilai rata-rata atau perubahan fisik, intelektual, soaial
dan emosional yang normal.
4.
Mengetuhi perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional merupakan penuntun bagi perawat dalam mengkaji
tingkat fungsional anak dan penyesuaiannya terhadap penyakit dan dirawat di
rumah sakit.
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan
anak, tidak selamanya berjalan sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan
karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang dapat
diubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat diubah/dimodifikasi
yaitu faktor lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan
gangguan terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu diubah
(dimodifikasi).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut adalah sebagai berikut:
1. faktor
keturunan (herediter)
a. seks
b. ras
2. faktor
lingkungan
a. lingkungan
eksternal
1)
kebudayaan
2)
status sosial ekonomi keluarga
3)
Nutrisi
4)
penyimpangan dari keadaan normal
5)
Olahraga
6)
urutan anak dalam keluarganya
b. lingkungan
internal
1)
Intelegensi
2)
Hormon
3)
Emosi
4)
Pelayanan Kesehatan Yang ada di sekitar
Lingkungan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pola Pertumbuhan dan Perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkembangan
terjadi secara terus menerus. Pola ini dapat merupakan dasar bagi semua
kehidupan manusia, petunjuk urutan dan langkah dalam perkembangan anak ini
sudah ditetapkan tetapi setiap orang mempunyai keunikan secara individu.
Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya disertai
pula dengan pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-hal dibawah
ini:
1.
Directional Trends
pertumbuhan dan perkembangan berjalan
secara teratur, berhubungan dengan petunjuk atau gradien atau reflek dari
perkembangan fisik dan maturasi dari fungsi neuromuscular. Prinsip-prinsip ini
meliputi:
a. Cephalocandal
atau Head To Tail Direction (dari arah kepala ke kaki)
misalnya: mengangkat kepala, duduk
kemudian mengangkat dada dan menggerakkan ekstremitas bagian bawah.
b. Proximadistal
atau Near To Far Direction (menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan
pusat dan pada anggota gerak yang lebih jauh dari pusat)
misalnya: bahu dulu baru jari-jari
c. Mass
To Specific atau Simple To Complex (menggerakkan daerah yang lebih sederhana
dulu baru kemudian yang lebih komplex)
misalnya: mengangkat nahu dulu baru
kemudian menggerakkan jari – jari yang lebih sulit atau melambaikan tangan baru
bisa memainkan jari.
2.
Sequential Trends
semua dimensi tumbuh kembang dapat
diketahui maka sequence dari tumbuh kembang tersebut dapat diprediksi, dimana
hal ini berjalan secara teratur dan kontinyu. Semua anak yang normal melalui
setiap tahap ini. Setiap fase dipengaruhi oleh fase sebelumnya.
Misal: tengkurap – merangkak – berdiri –
berjalan.
3.
Masa Sensitif
pada waktu-waktu yang terbatas selama
proses tumbuh kembang dimana anak berinteraksi terutama dengan lingkungan yang
ada, kejadian yang spesifik.
Masa-masa
tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Masa Kritis
Yaitu masa yang apabila tidak
dirangsang/berkembang maka hal ini tidak akan dapat digantikan pada masa berikutnya.
b.
Masa Sensitif
Mengarah pada perkembangan dan
mikroorganisme. Misalnya pada saat perkembangan otak, ibunya menderita flu maka
kemungkinan anak tersebut akan hydrocepallus/encepalitis.
c.
Masa Optimal
Yaitu suatu masa diberikan rangsangan
optimal maka akan mencapai puncaknya. Misalnya: anak usia 3 tahun/saat
perkembangan otak dirangsang dengan bacaan-bacaan/gizi yang tinggi, maka anak
tersebut dapat mencapai tahap perkembangan yang optimal. Perkembangan ini
berjalan secara pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk setiap anak. Misalnya:
1)
ada yang lebih dulu bicar baru jalan
atau sebaliknya.
2)
ada yang badannya lebih dulu berkembang
kemudian subsistemnya dan Sebaliknya.
B.
Teori Pertumbuhan dan Perkembangan
1.
Sigmeun Freud (Perkembangan
Psychosexual)
a.
Fase oral (0 – 1 tahun)
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam
mulutnya, anak mendapat kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan
aktifitas mengisap jari dan tangannya atau benda – benda sekitarnya.
b.
Fase anal (2 – 3 tahun)
Meliputi retensi dan pengeluaran feces.
Pusat kenikmatanya pada anus saat BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan
disiplin dan bertanggung jawab.
c.
Fase Urogenital atau faliks (usia 3 – 4
tahun)
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan
perempuan, ibu menjadi tokoh sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank
laki – laki pada ibunya menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang
disebut oedipus compleks.
d.
fase latent (4 – 5 tahun sampai masa
pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami
perkembangan pesat aspek motorik dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual
alamiah karena anak – nak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari
figur (role model) sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa.
e.
Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah mulai matang,
heteroseksual dan mulai menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis
kelamin.
2.
Piaget (Perkembangan Kognitif)
Meliputi kemampuan intelegensi,
kemampuan berpersepsi dan kemampuan mengakses informasi, berfikir logika,
memecahkan masalah kompleks menjadi simple dan memahami ide yang abstrak
menjadi konkrit, bagaimana menimbulkan prestasi dengan kemampuan yang dimiliki
anak.
a.
Tahap Sensori – Motor ( 0 – 2 tahun)
Prilaku anak banyak melibatkan motorik,
belum terjadi kegiatan mental yang bersifat simbolis (berfikir). Sekitar usia
18 – 24 bulan anak mulai bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir.
b.
Tahap Pra Operasional ( 2 – 7 tahun)
1)
Tahap Pra Konseptual (2 – 4 tahun)
Anak melihat dunia hanya dalam hubungan dengan
dirinya, pola pikir egosentris. Pola berfikir ada dua yaitu : transduktif ;
anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur
jadi semua binatang bertelur) atau karena ciri – ciri objek tertentu (truk dan
mobil sama karena punya roda empat). Pola penalaran sinkretik terjadi bila anak
mulai selalu mengubah-ubah kriteria klasifikasinya. Misal mula-mula ia
mengelompokan truk, sedan dan bus sendiri-sendiri, tapi kemudia mengelompokan
mereka berdasarkan warnanya, lalu berdasarkan besar – kecilnya dst.
2)
Tahap intuitif ( 4 – 7 tahun)
Pola fikir berdasar intuitif, penalaran
masih kaku, terpusat pada bagian bagian terentu dari objek dan semata –mata
didasarkan atas penampakan objek
c.
Tahap Operasional Konkrit ( 7 – 12
tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar
satu objek yang diubah bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau
dikurangi maka volumenya tetap.
Seriasi menunjukan anak mampu
mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya seperti : tinggi,
besar, kecil, warna, bentuk dst.
d.
Tahap Operasional – Formal (mulai usia
12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi
simbolis tanpa menghadapi objek – objek yang ia fikirkan. Pola fikir menjadi
lebih fleksibel melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.
3.
Erikson (Perkembangan Psikososial)
Proses perkembangan psikososial tergantung
pada bagaimana individu menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu,
yang paling penting adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada
penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas
perkembangannya.
a.
Trust vs. missstrust ( 0 – 1 tahun)
Kebutuhan rasa aman dan
ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic trust dan mistrust, bila anak
mendapatkan rasa amannya maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap
lingkungannya, ibu sangat berperan penting.
b.
Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3
tahun)
Organ tubuh lebih matang dan
terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi peningkatan keterampilan motorik,
anak perlu dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga
menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat
anak bertindak dan berfikir ragu – ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat
dengan anak.
c.
Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan
rasa percaya diri dan mandiri, anak akan mengembnagkan kemampuan berinisiatif
yaitu perasaan bebas untuk melalukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap
sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia kan selalu merasa
bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri.
d.
Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak
sudah mulai sekolah, tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas
sehingga konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila
lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya
diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
e.
Identity vs Role confusion ( mulai 12
tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan –
harapan kelompoknya dan dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya
sendiri. Ia mulai berfikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari
identitas dirinya serta perannya, jiak ia berhasil melewati tahap ini maka ia
tidak akan bingung menghadapi perannya
f.
Intimacy vs Isolation ( dewasa awal )
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup.
Kesiapan membina hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan
keintiman, sedang yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan
terkucil atau tersaing.
g.
Generativy vs self absorbtion (dewasa
tengah)
Adanya tuntutan untuk membantu orang
lain di luar keluarganya, pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya.
Pengalaman di masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk
kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap - tahap silam, ia
memperoleh banyak pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan
dan persoalannya sendiri.
h.
Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)
Memasuki masa ini, individu akan
menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu
akan menimbbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal
akan timbul kekecewaan yang mendalam.
4.
Kohlberg (Perkembangan Moral)
a.
Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya
pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian
terhadap prilaku didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh prilaku.
Dalam tahap selanjutnya anak mulai menyesuaikan diri dengan harapan – harapan
lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
b.
Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan
harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak
manis
c.
Purna konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan
buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian
diri terhadap segala aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya
serta rasa hormatnya terhadap orang lain.
5.
Hurolck (Perkembangan Emosi)
Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai
emosi yang berupa kegairahan umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan
emosi heran, malu, gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi sangat
dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat
tergantung dari seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang
diterimanya. Otak yang matang dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang
besar terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi dipengaruhi
oleh harapan orang tua dan lingkungan. menangkap bahwa lingkungannya akan
memenuhinya segera. Kemampuan intelektual lain yang ia capai pada usia 1 tahun
adalah bahwa ia dapat mengantisipasi kegiatan rutin dari lingkungannya.
Misalnya bunyi-bunyi yang ia tangkap sewaktu menyiapkan makanannya. Berarti
dengan bunyi ini sebentar lagi ia akan diberi makan, ia akan dengan sabar dan
tidak menangis.
Menurut penelitian Pulaski (1971),
selain faktor keturunan, lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan
intelegensia. Perkembangan intelektual tidak dapat berkembang sebelum pola
pikir terbentuk, stimuli sensoris dan motoris diperlukan sebelum untuk
memberikan “pengetahuan”. Pengetahuan ini didapat dari pengalaman bergerak,
meraba, suara, penglihatan dan rasa. Dari hal-hal ini berkembang imajinasi.
Imajinasi ini tidak akan terjadi apabila anak tidak dikenalkan dengan semua hal
baru, memperhatikan benda nyata. Lebih lanjut Pulaski menjelaskan teorinya
dengan membagi tahapan perkembangan intelektual menjadi :
a.
Tahap I : Sensorimotorik (lahir – 2
tahun)
Pada tahap ini anak menggunakan sistem
penginderaan, sistem motorik dan benda-benda untuk mengenal lingkungannya. Bayi
tidak hanya menerima rangsangan berupa pasif tetapi juga memberi jawaban
terhadap rangsangan . tersebut. Jawaban ini berupa refleks-refleks. Refleks ini
diperlukan unutk mempertahankan hidupnya. Misalnya refleks untuk makan, bersin.
Dengan refleks dalam bentuk gerak motorik memungkinkan bayi untuk berkomunikasi
dengan lingkungannya.
b.
Tahap II : Pre Operasional ( 2 – 7
tahun)
Perubahan fungsi kognitif pada tahap ini
adalah dari sensori motorik menjadi pre operasional. Pada pre operasional anak
mampu menggunakan simbol-simbol, yaitu menggunakan kata-kata, mengingat masa
lalu, sekarang dan yang akan terjadi segera. Tingkah laku anak berubah menjadi
egosentrik.
c.
Tahap III : Konkrit Operasional (7 -11
tahun)
Pada tahap ini anak telah dapat berpikir
secara logis dan terarah, mengelompokkan fakta-fakta serta anak telah mampu
berpikir dari sudut pandang orang lain. Ia dapat berpikir secara abstarak, dan
mengatasi persoalan secara nyata dan sistematis. Contoh : anak dapat menghitung
walaupun susunan benda diubah serta mengatahui jumlahnya tetap sama.
d.
Tahap IV : Format Operation (11 –
dewasa)
Masa dimana anak mengembangkan kemampuan
kognitif untuk berpikir abstrak dan hipotesis. Pada masa ini anak bias
mamikirkan hal-hal apa yang akan atau mungkin terjadi. Perkembangan lain pada
masa remaja ialah kemampuan untuk berpikir sistematis dan memecahkan suatu
persoalan.
Selain tahapan-tahapan yang telah
dijelaskan terdahulu,perkembangan intelektual juga dapat diukur dengan
kemampuan anak menggunakan kata-kata. Interaksi orang tua, anak dan dengan
lingkungannya akan menentukan perkembangan bahasa anaka. Dengan kata lain
apabila interaksi ini maksimal akan menyebabkan anak dapat bicara lebih cepat
sedangkan apabila interaksi kurang maka akan memakan waktu untuk mulai bicara.
Perkembangan Emosi dan Sosial
Kepribadian seorang anak merupakan
integrasi perasaan dan sikap yang dicerminkan dalam tingkah laku. Seorang
dewasa dikatakan mempunyai kepribadian yang sehat apabila ia mampu untuk
memberi kasih sayang, mencapai sesuatu yang ia inginkan dan menjadi
interdependent pada fungsinya. Hal ini dicapai melalui proses dalam kehidupan.
Sejak ia lahir, masing-masing tingkat
usia mempunyai tugas yang mesti ia selesaikan sebelum ia melangkah ke tugas
pada tingkat usia berikutnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pertumbuhan
adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara
kuantitatif dapat diukur. Seangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar.
Pertumbuhan
dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu. Walaupun demikian
seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya
mengkunsumsi makanan, perawatan, bimbingan, perasaana aman, pencegahan penyakit
dan sebaginya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat tugas mengawasi
anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Teori
Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak:
1. Sigmeun
Freud (Perkembangan Psikoseksual)
2. Piaget
(Perkembangan Kognitif)
3. Erikson
(Perkembangan Psikososial)
4. Kohlberg
(Perkembangan Moral)
5. Hurolck
(Perkembangan Emosi)
B.
Saran
Disadari oleh penyusun bahwa makalah yang telah
disusun oleh penyusun yang berjudul Tumbuh Kembang Anak masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran terhadap makalah
yang bersifat membangun agar makalah yang dibuat dapat menjadi lebih baik dan
bermanfaat bagi orang lain mahasiswa pada umumnya.
bagus ne....
BalasHapus