BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Gastritis
merupakan penyakit yang sering kita jumpai dalam masyarakat maupun dalam bangsa
penyakit dalam. Kurang tahunya dan cara penanganan yang tepat merupakan salah
satu penyebabnya. Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub
mukosa pada lambung. Pada orang awam sering menyebutnya dengan penyakit maag.
Gastritis merupakan salah satu yang paling banyak dijumpai klinik penyakit
dalam pada umumnya.
Masyarakat
sering menganggap remeh panyakit gastritis, padahal ini akan semakin besar dan parah
maka inflamasi pada lapisan mukosa akan tampak sembab, merah, dan mudah
berdarah. Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang
stres,karena stres dapat meningkatkan produksi asam lambung, pengkonsumsi
alkohol dan obat-obatan anti inflamasi non steroid.
Gejala
yang timbul pada penyakit gastritis adalah rasa tidak enak pada perut, perut
kembung, sakit kepala, mual, lidah berlapis. Penyakit gastritis sangat
menganggu aktifitas sehari-hari, karena penderita akan merasa nyeri dan rasa sakit
tidak enak pada perut. Selain dapat menyebabkan rasa tidak enak, juga
menyebabkan peredaran saluran cerna atas, ulkus, anemia kerena gangguan
absorbsi vitamin B12.
Ada
berbagai cara untuk mengatasi agar tidak terkena penyakit gastritis dan untuk
menyembuhkan gastritis agar tidak menjadi parah yaitu dengan banyak minum + 8
gelas/hari, istirahat cukup, kurangi kegiatan fisik, hindari makanan pedas dan
panas dan hindari stres.
Untuk
pencegahan itu peran pelaksanaan kesehatan sangat penting yaitu dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada semua warga masyarakat tentang gastritis, baik cara
mencegahnya maupun cara menanganinya. Peran keluarga dan lingkungan juga
mendorong penurunan terjadinya gastritis, yaitu dengan cara hidup sehat.
B.TUJUAN
Tujuan
Umum : Mampu menerapkan manajemen asuhan keperawatan pada tn.H gastritis
dengan dengan ketrampilan dasar dalam
keperawatan memberikan suntikan secara intra muskuler (im)
Tujuan
Khusus :
-Untuk
memahami teoritis dari gastritis
(Definisi,Etiologi,
Patofisiologi, Manifestasi klinis, Komplikasi),
-Untuk
memahami dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk penderita
Gastritis.
-Untuk
memahami tugas yang di berikan Dosen Pembimbing.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. DEFINISI GASTRITIS
Gastritis
adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga
Hal 492)
Gastritis
adalah segala radang mukosa lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi hal
749)
Gastritis (dyspepsia/penyakit
maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih
atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan
dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang
terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas.
Jadi, gastritis merupakan suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi.
Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:
1.
Gastritis Akut
Gatritis
Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit,
mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak
bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol,
aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Gastritis dapat juga menjadi tanda
pertama infeksi sistemik akut. Bentuk gastritis akut yang lebih parah
disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
gangrene atau perforasi.
2.
Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang
berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau
bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan
asam lambung yang pekat. Gastritis kronis diklasifikasikan sebagai tipe A atau
tipe B. Tipe A berkaitan dengan penyakit autoimunmis., anemia pernisiosa. Tipe
A ini terjadi pada fundus atau korpus lambung. Tipe B (H. pylori)
mengenai antrum dan pylorus. Berkaitan dengan H.pylori. factor diit
sepert iminum panas, bumbu penyedap, penggunaan obat, alcohol, merokok, atau
refluksisi usus ke dalam lambung.
B.
ETIOLOGI
Adapun etiologi Gastritis menurut Soeparman
(2001), yaitu sebagai berikut:
1. Gastritis adalah peradangan mukosa
lambung
2. Gastritis erosif akut : iritasi yang
dapat sembuh sendiri yang disebabkan oleh iritan (misalnya NSAID, alkohol),
stres fisiologik yang berat (misalnya operasi mayor, luka bakar, ventilator),
atau trauma lokal (misal pipa NG).
3. Gastritis kronis tipe A : peradangan
lambung bagian proksimal sebagai akibat anemia pernisiosa, gastritis atrofik,
aklorhidria, kelainan autoimun, atau radiasi.
4. Gastritis kronis tipe B :
peradangan lambung bagian distal atau antrum sebagai akibat infeksi Helicobacter
pylori.
5. Gastritis refluks : peradangan
sebagai akibat adanya getah empedu dan pankreas dalam lambung sekunder sebagai
akibat tidak ada pilorus atau pilorus yang nonfungsional (misalnya setelah
gastrektomi parsial).
6. Gastritis hemoragik : gastritis
dengan peradangan yang bermakna sebagai reaksi stres yang berat (mosalnya
pasien ICU, hipoksia, iskemia, uremia).
Faktor resiko dari gastritis adalah :
a. Obat-obatan
: aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS)
b. Alkohol
, Kafein
c. Gangguan
mikrosirkulasi lambung: trauma, luka baker, sepsis.
Secara mikroskopik terdapat lesi
erosi mukosa dengan lokasi berbeda. Apabila lesi erosi mukosa terdapat pada
korpus dan fundus maka biasanya disebabkan oleh stress. Apabila karena
obat-obatan AINS terutama ditemukan didaerah antrum namun dapat juga menyeluruh
sedangkan secara mikroskopik terdapat erosi dengan regenerasi epitel dan
ditemukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal
d. Mikroorganisme
: Helicobaeter pykory ( H. philory ), salmonella
C. PATOFISIOLOGI
Lambung merupakan tempat penyimpanan makanan pada saluran pencernaan.
Makanan yang masuk ke saluran pencernaan yang mengandung zat iritan ( alcohol,
nikotin, asam, dan pedas ) dan endotoksin akan menyebabkan stressor fisis. Dan
stressor psikologis akan menstimulasi saraf simpatis dan parasimpatis. Kedua
penyebab yaitu stressor fisis dan stressor psikologis akan menyebabkan
peningkatan enzim lambung ( Hcl dan Gastrin ) kemudian terjadilah
akumulasi dan konsentrasi asam meningkat pada lambung.
Akibat dari asam lambung meningkat
akan mengiritasi mukosa lambung, maka terjadi lisis yang akan menimbulkan penyakit
gastritis. Manifestasi dari Gastritis secara psikologis yaitu cemas. Sedangkan
manifestasi klinis yaitu nyeri epigastrium, mual, anoreksia, distensi abdomen
dan susah tidur. ( Soeparman, dkk, 2002 ).
Terdapat gangguan keseimbangan factor agresif dan factor divensive sehingga
terjadi kerusakan atau kelainan patologi. Dengan adanya iritasi yang terus
menerus, jaringan jadi mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding
lambung.
Factor-faktor
penyebab iritasi lambung menurut arief Mansjoer, 2001 :
Faktor agresif
|
Faktor defensive
|
· Asam
lambung
· Pepsin
· AINSD
· Empedu
· Infeksi
virus
· Infeksi
bakteri ; H. pylori
· Bahan
korosif; asam dan basa
|
· Mukus
· Bikarbonas
mukosa
· Prostaglandin
mikrosirkulasi
|
D. MANIFESTASI
KLINIS
Manifestasi
klinis Gastritis menurut Price, Sylvia A, 2001, yaitu :
a)
Gastritis akut
Dapat
bervariasi dari keluhan seperti anoreksia atau mual, sampai gejala yang lebih
berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan dan hematomesis.
b)
Gastritis atrofik kronik
Manifestasi
klinik pada gastritis ini umumnya bervariasi dan tak jelas seperti perasaan
penuh, anoreksia dan adanya distress epigastrik yang tak nyata.
E. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Adapun
pemeriksaan penunjang Gastritis menurut Hudak dan Gallo, 2002, seperti di bawah
ini :
·
Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk
menentukan adanya anemia akibat perdarahan.
·
Kadar serum gastrin rendah
atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik yang berat.
·
Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk
melihat kelainan mukosa lambung.
·
Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk
melihat kelainan mukosa lambung.
·
Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada
atau tidak peningkatan asam lambung.
Komplikasi dari gastritis
menurut Mansjoer Arief, et al , 2000:
1) Perdarahan saluran cerna
bagian atas
2) Ulkus
3) Perporasi
4) Anemia kerena gangguan
absorbsi vitamin B12
PENGOBATAN
Gastistis akut menurut Price, Sylvia A, 2001,
yaitu :
a.
Pemberian obat-obat anti muntah dalam membantu
menghilangkan gejala mual dan muntah.
b.
Jika muntah terus menerus perlu dilakukan
pemantauan terhadap pemenuhan cairan dan elektrolit dengan memberikan infus
intravena.
c.
Mengatasi penyebab apabila diketahui.
d.
Pemberian obat-obat H2 blocking
(seperti ranitidine). Berguna mengurangi asam lambung.
e.
Istirahat fisik dan psikis
serta makan lunak selama masa timbulnya penyakit.
Gastritis kronis menurut Soeparman, dkk, 2001, yaitu :
a.
Pengobatan biasanya
tergantung pada penyebab kelainan yang dicurigai, yang keluhannya dapat
dihubungkan dengan Gastritis kronis.
b.
Pemberian vitamin B12.
c.
Jika penyebabnya ditemukan misalnya refluks
usus lambung, sebaiknya dilakukan koreksi.
PENCEGAHAN
Ada beberapa
hal yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya kembali serangan Gastritis
baik akut maupun kronis, menurut Long C, Barbara, 2002, yaitu :
1.
Usahakan makan secara teratur.
2.
Hindari makanan yang merangsang seperti asam,
pedas, maupun makanan yang terlalu manis.
3.
Hindari buah-buahan
seperti durian, nenas, dan nangka.
4.
Hindari makanan ketan.
5.
Hindari sayuran yang
rendah serat dan mengandung banyak gas seperti kol.
6.
Hindari minuman alkohol
dan merokok.
7.
Kurangi mengkonsumsi kopi dan teh
8.
Tetap lakukan makanan dengan porsi kecil tapi
sering (tiap 2 atau 3 jam) dengan makan roti atau makanan lainnya.
PENATALAKSAAN MEDIK
1. Gastritis
Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking
(Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid
(Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi
asam lambung.
2. Gastritis
Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan
empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
ANAMNESA
IDENTITAS PASIEN
Nama :
Tn.H
Usia :
44 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Jenis pekerjaan
: Tani
Alamat : Blang Jruen
Suku/bangsa : Aceh/Indonesia
Agama : Islam
Tingkat
pendidikan : SMA
RIWAYAT SAKIT
DAN KESEHATAN
a.
Keluhan utama :
Nyeri pada lambung
b.
Riwayat penyakit saat ini : Lambung
PEMERIKSAAN FISIK: REVIEW OF SYSTEM
a.
B1 (breath) :
takhipnea
b.
B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
c.
B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
d.
B4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
e.
B5 (bowel) : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak
toleran terhadap makanan pedas.
f.
B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
2.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.
Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah
terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif
menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes
darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat
perdarahan lambung karena gastritis.
b.
Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip
bahwa urea diubah oleh ureaseH. Pylori dalam lambung menjadi
amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat
diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c.
Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H.
Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat
mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya
darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d.
Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian
akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih
20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes
ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang
lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
e.
Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda
gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran
cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f.
Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan
merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu
tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi
lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output)
tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom
Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah
besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
g.
Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran
asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang
sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui
teradinya aklorhidria atau tidak.
3.
PSIKOSOSIAL
Pasien merasa
cemas dan gelisah terhadap penyakit nya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Defisit volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output
cair yang berlebih (mual dan muntah).
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik.
- Kurang pengetahuan tentang penyakit
berhubungan dengan kurangnya informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Defisit volume
cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
Tujuan : Mencegah
output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.
Kriteria Hasil : Mempertahankan
volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa bibir lembab, turgor kulit baik,
pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan output seimbang.
Intervensi
|
Rasional
|
Penuhi kebutuhan individual.
Anjurkan klien untuk minum ( Dewasa : 40-60 cc/kg/jam).
Intake cairan yang adekuat akan
mengurangi resiko dehidrasi pasien.
Berikan cairan tambahan IV sesuai
indikasi.
Awasi tanda-tanda vital, evaluasi
turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa.
Kolaborasi Pemberian cimetidine
dan ranitidine
|
Mengganti kehilangan cairan dan
memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera.
Menunjukkan status dehidrasi atau
kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan.
Cimetidine dan ranitidine
berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung
|
EVALUASI
Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu :
Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu :
a.
Keseimbangan cairan dan
elektrolit teratasi
b.
Kebutuhan nutrisi teratasi
c.
Gangguan rasa nyeri berkurang
d.
Klien dapat melakukan aktifitas
e.
Pengetahuan klien bertambah.
BAB IV
KETRAMPILAN DASAR DALAM KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN
SUNTIKAN INTRAMUSKULER (IM)
A. Pengertian IM
Intramuskuler
(i.m),Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC
karena pembuluh darahlebih banyak terdapat
di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yangdalam
tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi
obat langsung ke pembuluh darah.
B. Tujuan IM
pemberian
obat dengan absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan subcutan
C. Manfaat
2.2
Pasien
mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
2.3
Memperlancar
proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
2.4
Membantu
menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
2.5
Menghindarkan
pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test).
A. Tempat penyuntikan
untuk penyuntikan :
1. Deltoid/lengan atas
2. Dorso gluteal/otot panggul
3. Vastus lateralis
4. Rektus femoralis
Daerah tersebut diatas digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot yang besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf.
1. Deltoid/lengan atas
2. Dorso gluteal/otot panggul
3. Vastus lateralis
4. Rektus femoralis
Daerah tersebut diatas digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot yang besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf.
B. Persiapan bahan dan alat
2.6
Persiapan alat :
1. Handscoon 1 pasang
2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau spuit imunisasi
3. Bak instrument
4. Kom berisi kapas alcohol
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok
7. Obat injeksi dalam vial atau ampul
8. Daftar pemberian obat
9. Kikir ampul bila diperlukan
1. Handscoon 1 pasang
2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau spuit imunisasi
3. Bak instrument
4. Kom berisi kapas alcohol
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok
7. Obat injeksi dalam vial atau ampul
8. Daftar pemberian obat
9. Kikir ampul bila diperlukan
2.7
10.waskom
larutan klorin 0,5 %
2.8
11.tempat cuci
tangan
2.9
12.handuk/lap
tangan
2.10
13.kapas
alkohol
BAB
V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
GASTRITIS (dyspepsia/penyakit
maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih
atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan
dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang
terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas.
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu:
gastritis akut dan kronis. Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling
sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu
cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi.
Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi
radiasi. Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus
lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori.
Manifestasi klinis gastritis antara
lain nyeri terbakar di epigastrium atau rasa tidak enak yang bertambah berat
dengan makan, dispepsia, anoreksia, nausea / muntah, dapat terjadi pedarahan
yang mengakibatkan hematemesis, melena.
Penatalaksanaan dari penyakit adalah
Mengurangi paparan obat-obat yang bersifat iritan. Mengurangi produksi asam
untuk melindungi mukosa lambung dengan antagonis H2, inhibitor pompa proton,
dan atau sukralfat. Gastritis H. Pylori simtomatik diterapi dengan terapi tripel
selama 2 minggu (misalnya omeprazole, chlarithromyein, dan amoksilin; bismuth,
metronidazole, dan ampisilin/tetrasiklin).
B.
SARAN
Dengan adanya makalah ini kami
berharap dapat menambah pengetahuan para pembaca mengenai penyakit gastritis.
Kami selaku pembaca pula mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk
kebaikan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman dan Haskley.(2000). Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Ester, Monica.(2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta
: EGC.
Hirlan.(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
Ketiga. Jakarta :
FKUI.
Sineltzer dan Bare G. (2001). Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Bakta, I Made, dkk.(2002). Gawat Darurat di Bidang
Penyakit Dalam. Jakarta:
EGC.
Doengoes, Marilyn E. dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta :
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Grace, Pierce & Borley Neil. (2007).
At A Glance : Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : Erlangga.
Misnadiarly. (2009). Mengenal
Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag), Infeksi Mycobacteria
pada Ulser Gastrointestinal. Jakarta: PustakaPopuler Obor.
Seandainya saja, Referensi Askep nya lebih terbaru lagi, tentunya saya akan lebih terbantu dengan artikel ini.
BalasHapus