A. Latar Belakang.
Dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat menyadari bahwa klien adalah manusia
utuh dan unik yang terdiri dari aspek bio, psiko, sosial, dan spritual tuntutan
masyarakat akan kwalitas pelayanan perawatan cenderung semakin meningkat. Hal
ini membawa dampak yang positif terhadap peran dan fungsi perawat untuk
mengantisipasi tuntutan masyarakat mutu pelayanan perawatan.
Pada
pengkajian seringkali perawat hanya memusatkan perhatian pada aspek biologis
atau fisiknya saja, sehingga asuhan keperawatan secara konprensif tidak
tercapai. Maka dari itu perlunya perawat untuk membekali baik ilmu maupun
pengalaman-pengalaman. Sehingga respon klien dapat terkaji lebih dalam dengan
tujuan mengenal dan menentukan masalahnya atau kebutuhannya.
a. Pengertian konsep sehat.
Sejak
dahulu sekitar abad 1 bahwa konsep sehat sakit telah dipergunakan walaupun
pengertian masih sangat terbatas. Pada saat ini sehat banyak diartikan dalam
kadar yang normal atau lazim yang terjadi pada individu dalam arti bahwa
individu tersebut tidak merasakan keluhan sebaliknya sakit diartikan suatu
keadaan yang tidak normal atau lazim pada diri seseorang, misalnya adanya
keluhan pusing yang tidak tertahankan, panas, dan sebagainya, sehingga pada
saat itu dapat disimpulkan bahwa sehat itu bukan dari suatu penyakit.
1. Sehat menurut WHO.
Sehat: a state of complete physical, mental, and
social well being and not merely the absence of illness or indemnity. (sesuatu keadaan yang sejahtera menyeluruh baik
fisik, mental, dan social dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan).
2. Sakit adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah.
(Webster’s New Collegiate Dictionary).
3. Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, bisa
suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan
jaringan tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi keseluruhan.
Fase-fase sakit:
1. Fase Latent.
Seseorang sudah terinfeksi suatu microorganisme,
karena badan seseorang baik maka gejala-gejala dan tanda-tanda serta keluhan
belum ada, sehingga aktivitas sehari-hari dapat dilakukan / dilaksanakan.
2. Prodromal.
Pada fase ini seseorang sudah terdapat
peningkatan, bahwa dirinya sakit, seperti tak enak badan atau kadang-kadang
lemas.
3. Akut
Tanda dan gejala akan bertambah dan semakin
lengkap, bentuknya disini klien baru sadar bahwa dirinya sakit, kadang-kadang
emosinya tidak stabil dan lekas marah, dan ia hanya mampu memikirkan dirinya
sendiri dan penyakitnya.
4. Resolusi.
Klien perlu tindakan yang sifatnya mengembalikan
fungsi secara normal.
C. Rentang Sehat Sakit.
1. Status sehat sakit tidak bersifat mutlak karena sehat-sakit
merupakan rentang (jarak)
2. Skala akur secara hipotesis dengan mengukur kesehatan seseorang.
Uraian diatas menyebutkan bahwa tidak ada standar / ukuran yang pasti untuk
mengatakan keadaan seseorang itu sehat sakit.
3. Dinamis dan Individual.
Status kesehatan seseorang sifatnya berubah-ubah
dan sifatnya individual. Intensitasnya dan mekanisme koping yang dipergunakan.
4. Jarak sehat
optimal
Kematian.
2. Sehat Menurut Dunn
(1959).
Sehat adalah sesuatu kejadian dimana tidak adanya
tanda-tanda dan gejala dari penyakit.
3. Sehat Menurut Perkin,s.
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang
dinamis setara bentuk tubuh dan fungsinya yang dapat mengadakan penyesuaian,
sehingga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar.
4. Sehat Menurut UU No.23 tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Ada 4 unsur
pendatang tentang sehat:
1. Biologis : bebas dari penyakit.
2. Psikologis : sejahtera dan aktualisasi diri.
3. Sosial : mampu mangadaptasi
tanggung jawab sosial, dan fungsi peran.
4. Adaptasi : mampu beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan lingkungan.
B. Pengertian Sakit.
Pengertian sakit dalam bahasa inggris diartikan
illness dan disease perbedaan kedua istilah ini sebagai berikut;
1. Illness:
· Konsepnya abstrak.
· Sifatnya subyektif.
· Akibat mekanisme koping (pertahanan) tak adekuat.
2. Disease:
· Suatu kondisi yang patologis
· Terdapat sign dan symptom
Ada beberapa pendapat mengenai
kondisi sakit sbb:
1. sakit adalah gangguan
dalam siklus hidup. (Imogene King)
2. sakit adalah suatu keadaan gangguan yang tidak menyenangkan
menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari, baik
aktivitas jasmani, rohani dan sosial (Perkin’s)
3. Kriteria sehat menurut WHO, Seseorang dikatakan sehat jiwa:
· Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun
kenyataan itu buruk.
· Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
· Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
· Dapat berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling
memuaskan.
· Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
· Dapat menerima kecemasan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudian
hari.
· Dan akhirnya, tidak kalah pentingnya mempunyai rasa kasih sayang yang
besar.
4. Kriteria sehat-sakit
jiwa menurut America Psychiatriy Association.
Menilai
kesehatan jiwa terdiri dati 6 dimensi:
· Ketidak bahagian.
· Kehilangan kegembiraan.
· Ketegangan.
· Perasaan muda tersinggung.
· Kurang percaya diri.
· Keragu-raguan.
5. Kriteria sehat-sakit
mental A. Maslow:
· Memiliki persepsi realitas yang efektif.
· Menerima diri, orang lain, lingkungan.
· Spontan.
· Sederhana dan wajar.
C. Sakit.
Sakit merupakan ketidak seimbangan dari kondisi
normal tubuh manusia diantaranya sistem biologik dan kondisi penyesuaian. Sakit
menurut Bauman, 1985. mengemukakan tiga kriteria dari keadaan sakit:
· Adanya gejala
· Persepsi tentang keadaan yang dirasakan.
· Kemampuan dalam aktivitas sehari-hari.
D. Konsep Sehat-Sakit
Mental (Jiwa)
a.
beberapa definisi kesehatan mental:
1. Menurut Jinis ”kemampuan individu untuk
mengatasi sterss secara fungsional dengan baik”.
2. Definisi kesehatan jiwa menurut WHO.
Suatu keadaan yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional seseorang individu
secara optimal dan sejauh ini cocok dengan perkembangan optimal
individu-individu yang lain.
3. Definisi kesehatan jiwa berdasarkan UU
No.23 tahun 1992. tentang kesehatan Jiwa Pasal 24 ayat 1 ” Kesehatan jiwa
diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik
intelektual maupun emosional”.
E. Kondisi sehat jiwa dan
kriteria-kriterianya.
1.
Kondisi sehat jiwa menurut, Maria Johada:
· Sehat jiwa tak dapat dijelaskan
dengan konsep sederhana dan item tunggal dari perilaku tidak adekuat
· Kriteria untuk menilai sehat jiwa
harus dalam bentuk yang operasional dengan sekala dan utama.
· Masing-masing kriteria dengan
rentang.
· Kriteria sehat jiwa menunjukan
kecenderungan kearah sehat atau sakit.
· Kriteria ini memuat atribut
individu.
· Kriteria sehat jiwa di katakan
optimal bukan absolut.
2. Kriteria sehat jiwa menurut, Maria Johanda:
· Sikap positif pada diri sendiri,
menerima diri sendiri identitas diri yang memadai, penilaian yang realistik
terhadap kemampuan dan kekurangannya.
· Serapan terhadap kenyataan.
· Integrasi kesatuan kepribadian.
· Kemampuan pengembangan kemampuan
dasar secara fisik, intelegtual, emosional dan sosial.
Rentang Dari Fenomena Sehat-Sakit
/ Mental.
Faktor Predisposisi
(Bio – Psiko – Sosial - Spritual
/ Kultural)
Faktor Presifikasi / Stressor
(Sifat – Asal – Waktu - Jumlah)
Penilaian Primer Teradap Stressor
(Kognitif – Afektif – Fisiologis
– Tingkah laku - Sosial)
Mekanisme Penyesuaian (Koping)
(task oriented – ego oriented)
Konstruktif / Adaptif
Destruktif / Maladaktif
Neoritik
Psikotik
Gangguan jiwa
ringan
ggn jiwa berat
(tidak bisa tidur – nafsu
makan)
(perbuatan – perasaan - pikiran)
B. Faktor Persepsi /
stressor
· Sifat stressor dan intensitas.
· Lama pemaparan stressor.
· Jumlah stressor yang dihadapi.
· Pengalaman waktu yang lalu.
C. Penilai Primer terhadap
stressor.
1.
Kognitif.
2.
Afektif.
3.
Fisiologis.
4.
Tingkah laku.
5.
Sosial / kultural.
D. Penilai skunder terhadap
sumber.
1.
kognitif.
2.
Afektif.
3.
Respon fisiologis.
V. Respon Perawat untuk
klien dan keluarga.
· Bantu menurunkan aspek negatif yang membuat klien
sakit.
· Menguatkan proses adaptasi klien untuk memenuhi
kebutuhannya.
· Membantu klien dan keluarga untuk meningkatkan
derajat kesehatan secara optimal.
· Membantu klien dan keluarga bagaimana kalau terjadi
dan tindakannya.
4. Tingkah laku
Respon
tingkah laku akan direfleksikan pada emosi dan perubahan pengalaman dari
indifidu, sebagai analisa kognitif terhadap situasi yang menegangkan.
Caplan menggambarkan 4 segi
respon individu terhadap kejadian yang menegangkan:
· Fase pertama adalah perubahan tingkah laku terhadap
lingkungan yang menegangkan.
· Fase kedua adalah tingkah laku untuk mendapatkan
kemampuan baru terhadap tindakan untuk merubah lingkungkungan eksternal dan
keburukan mereka.
· Fase ketiga adalah tingkah laku intra psikis untuk
mempertahankan emosi yang tidak menyenangkan.
· Fase ke empat adalah tingkah laku intra psikis yang
ada pada kejadian dan sisa pada penyesuaian kembali internal.
5. Respon sosial.
Sistem
suport sosial yakni:
· Suport emosi
· Membantu orientasi tugas.
· Umpan balik dan evaluasi.
· Hubungan sosial dan integrasi.
· Jumlah masukan informasi baru.
E. Koping / pertahanan diri
/ mekanisme penyesuaian.
1.
Konstruktif.
2.
Destruktif.
IV. Upaya pemeliharaan kesehatan
jiwa.
· Asertif.
· Solitude (nyepi)
· Kesehatan diri sendiri.
· Merawat dan memperhatikan tanda-tanda stress
internal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar