BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah kesehatan yang sering dijumpai di Rumah Sakit maupun
di masyarakat terutama pada penyakit sistem pencernaan diantaranya “Dyspepsia”.
Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 515.30% yang mencari pertolongan medis. Insident dyspepsia. Di Inggris dan Skandivia dilaporkan angka prevalensinya berkisar 7-4%. Tetapi hanya 10-20% yang mencari pertolongan medis. Insident dyspepsia pertahun diperkirakan antara 1-8% (Suryono, 2001)
Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 515.30% yang mencari pertolongan medis. Insident dyspepsia. Di Inggris dan Skandivia dilaporkan angka prevalensinya berkisar 7-4%. Tetapi hanya 10-20% yang mencari pertolongan medis. Insident dyspepsia pertahun diperkirakan antara 1-8% (Suryono, 2001)
Nyeri
atau rasa tidak nyaman di perut atas, umumnya di bawah tulang rusuk di atas
pusar, yang disertai kembung, sendawa berlebihan, rasa panas di dada, mual,
muntah, dan napas berbau seringkali dianggap enteng. Biasanya penderita hanya
minum obat bebas semisal antasida (penawar asam lambung) yang banyak
diiklankan.
Namun,
berhati-hatilah. Meski jarang, kumpulan gejala yang dikenal sebagai dispepsia
itu bisa jadi merupakan penyakit serius seperti kanker lambung, maupun radang
lambung dalam yang bisa menyebabkan kebocoran saluran cerna. Dispepsia tidak
memilih usia dan jenis kelamin. Semua bisa terkena. Boleh dibilang satu dari
empat orang pernah mengalami dyspepsia suatu saat dalam hidupnya
Kata dyspepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“pencernaan yang jelek”. Per definisi dikatakan bahwa dispesia adalah
ketidaknyamanan bahkan hingga nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian
atas.
Gejala lain yang bisa dirasakan selain rasa tidak nyaman, juga
mual, muntah, nyeri ulu hati, bloating (lambung merasa penuh), kembung,
bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan (borborgygmi) hingga
kentut-kentut. Gejala itu bisa akut, berulang, dan bisa juga menjadi kronis.
Disebut kronis jika gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus.
Intramuskuler
(i.m),Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC
karena pembuluh darahlebih banyak terdapat
di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yangdalam
tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi
obat langsung ke pembuluh darah.
Sehingga penulis
tertarik untuk mengagkat kasus tentang manajemen asuhan keperawatan pada tn.j dengan dypepsia dengan
ketrampilan dasar dalam keperawatan memberikan suntikan secara intra muskuler
(im)
B.
Tujuan
a
Tujuan umum
Mampu menerapkan manajemen asuhan keperawatan pada tn.j dengan dypepsia dengan
ketrampilan dasar dalam keperawatan memberikan suntikan secara intra muskuler
(im)
b
Tujuan khusus
Mampu
melakukan pengkajian pada Tn. J dengan Diagnosa medis Dyspepsia diruang Malikussaleh
1. Mampu membuat Diagnosa keperawatan menurut prioritas
pada pasien
2. Mampu membuat rencana askep pada pasien Tn. J dengan
Diagnosa medis Dyspepsia di ruang Malikussaleh
3. Mampu menerapkan tindakan keperawatan pada pasien Tn.
J dengan Diagnosa medis Dyspepsia di
ruang Malikussaleh
4.
Mengevaluasi
hasil tindakan keperawatan yang telah di laksanakan sesuai dengan tujuan yang
telah diterapka
5.
C. Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
1. Mengetahui labih jauh lagi tentang penyakit Dyspepsia
2. Mengetahui askep pada kasus Dyspepsia dengan baik dan benar
b. Bagi Pendidikan
Sebagai koleksi
tambahan buku-buku diperpustakaan dan sebagai kerangka acuan dalam pembuatan
Asuhan Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan / gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak / sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan.(Sulaiman,2008)
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri
ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh atau keyang. Dyspepsia merupakan masalah yang sering ditemukan dalam praktik
sehari-hari. Keluhan ini sangat bervariasi baik dalam bentuk gejala yang ada
maupun gejala dari waktu kewaktu. (Manjoer, 2000)
Dyspepsia merupakan rasa tidak
enak pada daerah epigastrium yang sering berhubungan dengan makanan, gejalanya
seperti ulkus tapi pada pemeriksaan tidak ditemukan ulkus.
B. Etiologi
Menurut Manjoer (2000), bahwa
etiologi Dyspepsia yakni :
1. Perubahan pola makan
2. Pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi secara
berlebihan dan dalam waktu yang lama
3. Alkohol dan nikotin rokok
4. Stress
5.
Gastritis
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan
gejala pada dyspepsia yang timbul adalah lebih kurang sama antara satu
sama lain. Menurut Inayah, 2004,Tanda-tanda dan
gejala-gejala umum yang dijumpai pada dyspepsia adalah:
a. Ingesti / Tidak bisa makan
b. Anoreksia / Nafsu makan yang berkurang
c. Bersendawa
d. Perut kembung
e. Perasaan lekas kenyang
f. Nausea / Mual
g. Vomitus / Muntah
h. Heartburn / Perasaan seperti terbakar di substernal
atau di dada.
i. Nyeri Epigastrik / Nyeri perut bagian atas
j. Rasa masam di mulut
D. Komplikasi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang
tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan
stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara
dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan
produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung,
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake
tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
E. Terapi
Pola makan yang normal, dan teratur, pilih makanan
yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak
mengkonsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol dan, pantang
rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala,
gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
F. Penatalaksanaan
a
Penatalaksanaan
Non Farmakologi
1. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam
lambung
2. Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan
yang pedas, obat-obatan yang belebihan, nikotin rokok, dan stress
3. Atur pola makan
b
Penatalaksanaan
Farmakologi yaitu
Sampai saat
ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi
kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena proses patofisiologinya pun masih
belum jelas
Obat-obatan yang diberikan meliputi antasid (metralkan
asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan
prokinetik (mencegah terjadinya muntah).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata
a
Identitas
Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku / Bangsa : Aceh / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Alue ie puteh, Kab. Aceh utara
2. Keluhan
Utama
Nyeri di perut
3. Riwayat
Kesehatan
a.
Riwayat
kesehatan sekarang
Pasien
datang ke rumah sakit TNI – AD Lhokseuwe pada jam 22.00 WIB, tanggal 25 Januari 2013 dengan keluhan mulai dan
nyeri abdomen di bagian epigastrium dan nyerinya sampai seluruh bagian abdomen
nyeri berkisar antara 10 menit. Nyeri bertambah bila pasien banyak bergerak dan
nyeri berkurang bila pasien istirahat.
b.
Riwayat
kesehatan yang lalu
Pasien
belum pernah di rawat tetapi punya penyakit Gastritis
b
Riwayat
kesehatan keluarga
Di
dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit Dyspepsia seperti yang
di alami, oleh klien.
4. Keadaan
Umum
a.
Tingkat
kecemasan : Compos meutis
b.
Tanda-tanda
vital
·
Tekanan
darah : 110/70 mmHg
·
Suhu
: 34,6 oC
·
Nadi : 72 x/ menit
·
Respirasi : 20 x / menit
c.
Penampilan
umum
Pasien lemah
5. Pemeriksaan
a.
Kulit
§
Warna
kulit : Sawo matang
§
Tekstur
kulit : Lembab dan kotor
b.
Kuku
§
Keadaan
kuku : Bersih
§
Warna : Putih
c.
Kepala
§
Bentik
kepala : Simetris
§
Kelainan : Tidak ada kelainan
§
Keadaan
rambut : Bersih
§
Kulit
kepala : Bersih
d.
Mata
§
Sklera : Anikterik
§
Konjungtiva : Ananemis
§
Reflek
cahaya : Normal, ditandai pada saat dilakukan reflek
Cahaya mata pasien langsung berkedip
§
Pupil : Normal , ditandai ketika ada cahaya pupil
mengcil
§
Kelainan : Tidak ada
e.
Hidung
§
Fungsi
penciuman : Normal , ditandai bisa mencium bau minyak
Kayu putih
§
Bentuk : Simetris
§
Serumen : Sedikit
§
Kelainan : Tidak ada
f.
Telinga
§
Fungsi
pendengaran : Normal , ditandai bisa mendengar pertanyaan
Perawat
§
Bentuk : Simetris
§
Keadaan : Bersih
g.
Mulut
§
Fungsi
pengcapan : Normal , ditandai bisa membedakan rasa asin
dan manis
§
Kebersihan
gigi : Bersih
§
Kelainan
bibir : Tidak ada
h.
Dada
dan paru-paru
§
Bentuk : Simetris
§
Frekuensi
napas : Normal
20 x / menit
i.
Abdomen
§
Nyeri
tekanan : Ada nyeri tekan pada bagian epigastrium
j.
Genitalia
§
Keadaan
rectum : Bersih
k.
Kekuatan
otot
§
Reflek
bisep : Normal , ditandai pada saat diperiksa dengan
reflek hammer ada pergerakan
§
Reflek
trisep : Normal , ditandai pada saat diperiksa dengan
reflek hammer terjadi pergerakan
§
Reflek
patella : Normal , ditandai pada saat diperiksa dengan
reflek hammer terjadi pergerakan
§
Reflek
babyn sky : Normal , ditandai adanya gerakan pada telapak
kaki
saat dilakukan pemeriksaan
6. Aspek
Psiko-Sosial-Spiritual
a.
Aspek
Psikologis
Keadaan emosi pasien stabil,
tetapi pasien mengatakan bosan dan jenuh berada di Rumah Sakit.
b.
Aspek
Sosial
Pasien
bersosialisasi baik dengan lingkungan dan keluarga terbukti dari saudara yang
membesuk pasien, pasien pun mampu bekerja sama dengan tim medis atau pun tim
kesehatan lainnya.
c.
Aspek
Spritual
Pasien
seorang muslim, pasien melakukan shalat 5 (lima ) waktu, tetapi semenjak pasien dirawat
di rumah sakit, pasien tidak melaksanakan shalat. Pihak keluarga juga
menyakinkan bahwa penyakit pasien adalah cobaan dari Allah SWT. Penyakitnya
juga akan sembuh dengan diiringi do’a.
B. Pemeriksaan
diagnostic
No
|
Tanggal
|
Jenis Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai Normal
|
1.
|
25 Januari 2013
|
Haematokrit
|
31.3
|
37.43 %
|
|
|
Thrombosit
|
209.000
|
200.000-500.000/mm3
|
|
|
Lekosit
|
20.500
|
5.00-10.000/ mm3
|
|
|
Haemaglobin
|
12,8
|
12.169
|
C. Terapi
No
|
Hari Tanggal
|
Nama Obat
|
Dosis Yang
Diberikan
|
1.
|
26
Januari
2013
|
Novalgin
|
3 X 1 amp
|
|
|
Terfacef
|
2 X 1 amp
|
|
|
Antrain
|
3 X 1 amp
|
|
|
Acrov
|
2 X 1 amp
|
|
|
Infus D5
|
30
tts
/ i
|
Analisa
Data
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
|
1.
|
DS:
|
Pasien mengeluh
nyeri epigastrium
|
Iritasi mukasa
lambung
|
Gangguan rasa
nyaman nyeri
|
|
DO:
|
-
Wajah
pasien terlihat meringis menahan sakitnya
-
TD
: 72 x / menit
-
S
: 34.6 0C
|
||
2.
|
DS:
|
Pasien mengatakan
mulai dari pertama kali datang tidak nafsu makan
|
Peningkatan asam
lambung
|
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
|
DO:
|
-
Keadaan
umum pasien masih lemah, bibir kering, dan pecah-pecah
-
Porsi
makan tidak habis
-
Tampak
mual-mual
|
|
|
D. Diagonasa
Keperawatan
1.
Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
2.
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
asam lambung.
- Perencanaan/Intervensi
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Perencanaan
|
||||
Intervensi
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|||||
1.
|
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan intasi pada mukosa lambung .
|
Hilangnya rasa nyeri dengan criteria :
1. Nyeri
hilang
2. Pasien
tidak meringis menahan sakit lagi
|
3. Kaji
frekuensi nyeri
4. Berikan
istirahat dengan posisi semi fowler
5. Anjurkan
pasien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam lambung
6. Berikan
kompres hangat pada bagian abdomen
|
7. Mengkaji
frekuensi nyeri
8. Menganjurkan
istirahat dengan posisi semi fowler
9. Menganjurkan
pasien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam lambung
10. Memberikan
kompres hangat bagian abdomen
|
S:
O:
A:
P:
|
Pasien menyatakan nyeri berkurang
Wajah tampak sedikit tenang
TD : 110/70 MmHg
N
: 72 x / menit
S
: 34.6 0C
Masalah sebagian teratasi
Lanjutkan intervensi
|
|
|
DS:
DO:
|
Pasien mengeluh nyeri epigastrium
Wajah klien terlihat meringis menahan
sakitnya
TO : 110/10 mmHg
N
: 72 x/ menit
S
: 34.6 0C
|
|||||
2.
|
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Sehubungan dengan peningkatan asam lambung.
|
Nutrisi terpenuhi dengan criteria :
11. Porsi
makan habis
12. Pasien
tampak segar
|
13. Anjurkan
makan sedikit demi sedikit tapi sering
14. Kaji
kebutuhan nutrisi pasien
15. Sajikan
makanan yang bervariasi
16. Sajikan
makan yang masih hangat
17. Sajikan
makanan kesukaan pasien
|
18. Menganjurkan
makan sedikit demi sedikit
19. Menyajikan
kebutuhan nutrisi
20. Menyajikan
makanan yang bervariasi
21. Menyajikan
makanan yang masih hangat
|
S:
O:
A:
P:
|
Pasien mengatakan bahwa nafsu makan
mulai bertambah
Klien tampak tidak lemas lagi terbukti
makannya habis 1 porsi
Masalah teratasi
dipertahankan
|
|
|
DS:
DO:
|
Pasien mengatakan mulai dari pertama
kali datang tidak nafsu makan
22. Keadaan
umum pasien masih lemah, bibir kering dan pecah-pecah
23. Porsi
makan tidak habis
24. Tampak
mual-mual
|
BAB IV
KETRAMPILAN DASAR DALAM KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN
SUNTIKAN INTRAMUSKULER (IM)
A. Pengertian IM
Intramuskuler
(i.m),Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC
karena pembuluh darahlebih banyak terdapat
di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yangdalam
tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi
obat langsung ke pembuluh darah.
B. Tujuan IM
pemberian
obat dengan absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan subcutan
C. Manfaat IM
2.2
Pasien
mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
2.3
Memperlancar
proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
2.4
Membantu
menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
2.5
Menghindarkan
pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test).
A. Tempat penyuntikan
untuk penyuntikan :
1. Deltoid/lengan atas
2. Dorso gluteal/otot panggul
3. Vastus lateralis
4. Rektus femoralis
Daerah tersebut diatas digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot yang besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf.
1. Deltoid/lengan atas
2. Dorso gluteal/otot panggul
3. Vastus lateralis
4. Rektus femoralis
Daerah tersebut diatas digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot yang besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf.
B. Persiapan bahan dan alat
2.6
Persiapan alat :
1. Handscoon 1 pasang
2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau spuit imunisasi
3. Bak instrument
4. Kom berisi kapas alcohol
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok
7. Obat injeksi dalam vial atau ampul
8. Daftar pemberian obat
9. Kikir ampul bila diperlukan
1. Handscoon 1 pasang
2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau spuit imunisasi
3. Bak instrument
4. Kom berisi kapas alcohol
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok
7. Obat injeksi dalam vial atau ampul
8. Daftar pemberian obat
9. Kikir ampul bila diperlukan
2.7
10.waskom
larutan klorin 0,5 %
2.8
11.tempat cuci
tangan
2.9
12.handuk/lap
tangan
2.10
13.kapas
alkohol
A. Prosedur pelaksanaan
a
Fase orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validasi
3. Kontrak
b. Fase kerja
1. Siapkan peralatan ke dekat
pasien
2. Pasang sketsel atau tutup tirai
untuk menjaga privasi pasien
3. Cuci tangan
4. Mengidentifikasi pasien dengan
prinsip 5 B (Benar obat, dosis, pasien, cara pemberian dan waktu)
5. Memberitahukan tindakan yang
akan dilakukan
6. Letakkan perlak dan pengalas
dibawah daerah yang akan di injeksi
7. Posisikan pasien dan bebaskan
daerah yang akan disuntik dari pakaian pasien
8. Mematahkan ampula dengan kikir
9. Memakai handscoon dengan baik
10. Memasukkan obat kedalam spuit
sesuai dengan advice dokter dengan teknik septic dan aseptic
11. Menentukan daerah yang akan
disuntik
12. Memasang pengalas dibawah
daerah yang akan disuntik
13. Hapushamakan daerah penyuntikan
secara sirkuler menggunakan kapas alcohol 70% tunggu sampai kering
14. Mengangkat kulit sedikit dengan
ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri (tangan yang tidak dominant)
15. Baca basmallah dan Tusukkan
jarum ke dalam otot dengan jarum dan kulit membentuk sudut 90̊
16. Lakukan aspirasi yaitu tarik
penghisap sedikit untuk memeriksa apakah jarum sudah masuk kedalam pembuluh
darah yang ditandai dengan darah masuk ke dalam tabung spuit (saat aspirasi
jika ada darah berarti jarum mengenai pembuluh darah, maka cabut segera spuit
dan ganti dengan spuit dan obat yang baru). Jika tidak keluar darah maka
masukkan obat secara perlahan-lahan
17. Tarik jarum keluar setelah obat
masuk (pada saat menarik jarum keluar tekan bekas suntikan dengan kapas alcohol
agar darah tidak keluar)
18. Lakukan masase pada tempat
bekas suntikan (pada injeksi suntikan KB maka daerah bekas injeksi tidak boleh
dilakukan masase, karena akan mempercepat reaksi obat, sehingga menurunkan
efektifitas obat.
19. Rapikan pasien dan bereskan
alat (spuit diisi dengan larutan chlorine 0,5% sebelum dibuang)
20. Lepaskan sarung tangan rendam
dalam larutan chlorine
21. Cuci tangan
c. Fase terminasi
1. Evalusi respon klien terhadap
tindakan yang dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak yang akan datang
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan / gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak / sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan.
Tanda-tanda dan gejala-gejala umum yang dijumpai pada dyspepsia adalah:
a. Ingesti / Tidak
bisa makan
b. Anoreksia / Nafsu makan
yang berkurang
c. Bersendawa
d. Perut kembung
e. Perasaan lekas kenyang
f. Nausea / Mual
g. Vomitus / Muntah
h. Heartburn / Perasaan seperti
terbakar di substernal atau di dada.
i. Nyeri Epigastrik / Nyeri
perut bagian atas
j. Rasa masam di mulut
B. Saran
Kritikan yang sehat dan
bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk mencapai kesempurnaan dalam
proses belajar disiplin ilmu keperawatan (obstetri).
Sehingga nanti benar-benar dapat diterapkan dalam dunia kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
& Suddart,Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8 Vol. 2 Jakarta ,
EGC, 2002
Elizabeth J.Corwin Buku
Saku Patofisiologi. Penerbit EGC ; tahun 2009
Inayah
Iin, Asuhan Keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem
pencernaan, edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika,2004
Manjoer,
A, et al, Kapita selekta kedokteran,
edisi 3, Jakarta ,
Medika
Aeusculapeus,2000
Sujono, Hadi, Gasroenterologi ,
Edisi 7 , P.T. Alumni .Bandung :2002
Sulaiman, Ali H, Gastroenterologi, CV.
Informedika, Jakarta: 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar