kesehatan

Jumat, 07 Juni 2013

Askep Gastritis

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Gastritis merupakan penyakit yang sering kita jumpai dalam masyarakat maupun dalam bangsa penyakit dalam. Kurang tahunya dan cara penanganan yang tepat merupakan salah satu penyebabnya. Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa pada lambung. Pada orang awam sering menyebutnya dengan penyakit maag. Gastritis merupakan salah satu yang paling banyak dijumpai klinik penyakit dalam pada umumnya.
Masyarakat sering menganggap remeh panyakit gastritis, padahal ini akan semakin besar dan parah maka inflamasi pada lapisan mukosa akan tampak sembab, merah, dan mudah berdarah. Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stres,karena stres dapat meningkatkan produksi asam lambung, pengkonsumsi alkohol dan obat-obatan anti inflamasi non steroid.
Gejala yang timbul pada penyakit gastritis adalah rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit kepala, mual, lidah berlapis. Penyakit gastritis sangat menganggu aktifitas sehari-hari, karena penderita akan merasa nyeri dan rasa sakit tidak enak pada perut. Selain dapat menyebabkan rasa tidak enak, juga menyebabkan peredaran saluran cerna atas, ulkus, anemia kerena gangguan absorbsi vitamin B12.
Ada berbagai cara untuk mengatasi agar tidak terkena penyakit gastritis dan untuk menyembuhkan gastritis agar tidak menjadi parah yaitu dengan banyak minum + 8 gelas/hari, istirahat cukup, kurangi kegiatan fisik, hindari makanan pedas dan panas dan hindari stres.
Untuk pencegahan itu peran pelaksanaan kesehatan sangat penting yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga masyarakat tentang gastritis, baik cara mencegahnya maupun cara menanganinya. Peran keluarga dan lingkungan juga mendorong penurunan terjadinya gastritis, yaitu dengan cara hidup sehat.

B.TUJUAN
           Tujuan Umum  :  Mampu menerapkan  manajemen asuhan  keperawatan pada tn.H gastritis dengan  dengan ketrampilan dasar dalam keperawatan memberikan suntikan secara intra muskuler (im)
            Tujuan Khusus :
-Untuk memahami teoritis dari gastritis
           (Definisi,Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi klinis, Komplikasi),
-Untuk memahami dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk penderita Gastritis.
-Untuk memahami tugas yang di berikan Dosen Pembimbing.





BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A. DEFINISI GASTRITIS
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Hal 492)
Gastritis adalah segala radang mukosa lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi hal 749)
Gastritis (dyspepsia/penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas.
Jadi, gastritis merupakan suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi.

Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:
1.    Gastritis Akut
Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol,  aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Gastritis dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut. Bentuk gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangrene atau perforasi. 

2.    Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan asam lambung yang pekat. Gastritis kronis diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A berkaitan dengan penyakit autoimunmis., anemia pernisiosa. Tipe A ini terjadi pada  fundus atau korpus lambung. Tipe B (H. pylori) mengenai antrum dan pylorus. Berkaitan dengan H.pylori. factor diit sepert iminum panas, bumbu penyedap, penggunaan obat, alcohol, merokok, atau refluksisi usus ke dalam lambung.


B.     ETIOLOGI
Adapun etiologi Gastritis menurut Soeparman (2001), yaitu sebagai berikut:
1.     Gastritis adalah peradangan mukosa lambung 
2.     Gastritis erosif akut : iritasi yang dapat sembuh sendiri yang disebabkan oleh iritan (misalnya NSAID, alkohol), stres fisiologik yang berat (misalnya operasi mayor, luka bakar, ventilator), atau trauma lokal (misal pipa NG). 
3.     Gastritis kronis tipe A : peradangan lambung bagian proksimal sebagai akibat anemia pernisiosa, gastritis atrofik, aklorhidria, kelainan autoimun, atau radiasi. 
4.     Gastritis kronis tipe B  : peradangan lambung bagian distal atau antrum sebagai akibat infeksi Helicobacter pylori. 
5.     Gastritis refluks : peradangan sebagai akibat adanya getah empedu dan pankreas dalam lambung sekunder sebagai akibat tidak ada pilorus atau pilorus yang nonfungsional (misalnya setelah gastrektomi parsial). 
6.     Gastritis hemoragik : gastritis dengan peradangan yang bermakna sebagai reaksi stres yang berat (mosalnya pasien ICU, hipoksia, iskemia, uremia).

Faktor resiko dari gastritis adalah :
a.       Obat-obatan : aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS)
b.      Alkohol , Kafein
c.       Gangguan mikrosirkulasi lambung: trauma, luka baker, sepsis.
            Secara mikroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda. Apabila lesi erosi mukosa terdapat pada korpus dan fundus maka biasanya disebabkan oleh stress. Apabila karena obat-obatan AINS terutama ditemukan didaerah antrum namun dapat juga menyeluruh sedangkan secara mikroskopik terdapat erosi dengan regenerasi epitel dan ditemukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal
d.      Mikroorganisme : Helicobaeter pykory ( H. philory ), salmonella

C.  PATOFISIOLOGI
Lambung merupakan tempat penyimpanan makanan pada saluran pencernaan. Makanan yang masuk ke saluran pencernaan yang mengandung zat iritan ( alcohol, nikotin, asam, dan pedas ) dan endotoksin akan menyebabkan stressor fisis. Dan stressor psikologis akan menstimulasi saraf simpatis dan parasimpatis. Kedua penyebab yaitu stressor fisis dan stressor psikologis akan menyebabkan peningkatan enzim lambung ( Hcl dan Gastrin )  kemudian terjadilah akumulasi dan konsentrasi asam meningkat pada lambung.
 Akibat dari asam lambung meningkat akan mengiritasi mukosa lambung, maka terjadi lisis yang akan menimbulkan penyakit gastritis. Manifestasi dari Gastritis secara psikologis yaitu cemas. Sedangkan manifestasi klinis yaitu nyeri epigastrium, mual, anoreksia, distensi abdomen dan susah tidur. ( Soeparman, dkk, 2002 ).
Terdapat gangguan keseimbangan factor agresif dan factor divensive sehingga terjadi kerusakan atau kelainan patologi. Dengan adanya iritasi yang terus menerus, jaringan jadi mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung.






Factor-faktor penyebab iritasi lambung menurut arief Mansjoer, 2001 :

Faktor agresif
Faktor defensive

·         Asam lambung
·         Pepsin
·         AINSD
·         Empedu
·         Infeksi virus
·         Infeksi bakteri ; H. pylori
·         Bahan korosif; asam dan basa

·         Mukus
·         Bikarbonas mukosa
·         Prostaglandin mikrosirkulasi

D.  MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis Gastritis menurut Price, Sylvia A, 2001, yaitu :
a)      Gastritis akut
Dapat bervariasi dari keluhan seperti anoreksia atau mual, sampai gejala yang lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan dan hematomesis.
b)      Gastritis atrofik kronik
Manifestasi klinik pada gastritis ini umumnya bervariasi dan tak jelas seperti perasaan penuh, anoreksia dan adanya distress epigastrik yang tak nyata.


E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan penunjang Gastritis menurut Hudak dan Gallo, 2002, seperti di bawah ini :
·         Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia akibat perdarahan.
·         Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik yang berat.
·         Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan mukosa lambung.
·         Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan mukosa lambung.
·         Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan asam lambung.
Komplikasi dari gastritis menurut Mansjoer Arief, et al , 2000:
1)   Perdarahan saluran cerna bagian atas
2)   Ulkus
3)   Perporasi
4)   Anemia kerena gangguan absorbsi vitamin B12
PENGOBATAN
Gastistis akut menurut Price, Sylvia A, 2001, yaitu :
a.       Pemberian obat-obat anti muntah dalam membantu menghilangkan gejala mual dan muntah.
b.      Jika muntah terus menerus perlu dilakukan pemantauan terhadap pemenuhan cairan dan elektrolit dengan memberikan infus intravena.
c.       Mengatasi penyebab apabila diketahui.
d.      Pemberian obat-obat H blocking (seperti ranitidine). Berguna mengurangi asam lambung.
e.       Istirahat fisik dan psikis serta makan lunak selama masa timbulnya penyakit.
Gastritis kronis menurut Soeparman, dkk, 2001, yaitu :
a.       Pengobatan biasanya tergantung pada penyebab kelainan yang dicurigai, yang keluhannya dapat dihubungkan dengan Gastritis kronis.
b.      Pemberian vitamin B12.
c.       Jika penyebabnya ditemukan misalnya refluks usus lambung, sebaiknya dilakukan koreksi.

PENCEGAHAN
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya kembali serangan Gastritis baik akut maupun kronis, menurut Long C, Barbara, 2002, yaitu :
1.         Usahakan makan secara teratur.
2.         Hindari makanan yang merangsang seperti asam, pedas, maupun makanan yang terlalu manis.
3.         Hindari buah-buahan seperti durian, nenas, dan nangka.
4.         Hindari makanan ketan.
5.         Hindari sayuran yang rendah serat dan mengandung banyak gas seperti kol.
6.         Hindari minuman alkohol dan merokok.
7.         Kurangi mengkonsumsi kopi dan teh  
8.         Tetap lakukan makanan dengan porsi kecil tapi sering (tiap 2 atau 3 jam) dengan makan roti atau makanan lainnya.

PENATALAKSAAN MEDIK
1.      Gastritis Akut
            Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
2.      Gastritis Kronik
            Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.






BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      ANAMNESA
IDENTITAS PASIEN
Nama                           : Tn.H
Usia                             : 44 tahun
Jenis kelamin               : Laki-laki
Jenis pekerjaan            : Tani
Alamat                         : Blang Jruen
Suku/bangsa                : Aceh/Indonesia
Agama                         : Islam
Tingkat pendidikan     : SMA
RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN
a.       Keluhan utama                 : Nyeri pada lambung
b.      Riwayat penyakit saat ini : Lambung
PEMERIKSAAN FISIK: REVIEW OF SYSTEM
a.       B1 (breath)           : takhipnea
b.      B2 (blood)            : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.


c.       B3 (brain)             : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
d.      B4 (bladder)         : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
e.       B5 (bowel)           : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
f.       B6 (bone)             :  kelelahan, kelemahan

2.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.       Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b.      Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh ureaseH. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c.       Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d.      Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e.       Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f.       Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
g.      Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak. 
3.      PSIKOSOSIAL
Pasien merasa cemas dan gelisah terhadap penyakit nya







DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Defisit  volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair  yang berlebih (mual dan muntah).
  2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
  3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
  4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
 INTERVENSI KEPERAWATAN
Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
Tujuan            : Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.
Kriteria Hasil : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh      mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan output seimbang. 



Intervensi
Rasional 
Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien untuk minum  ( Dewasa : 40-60 cc/kg/jam).
Intake cairan yang adekuat akan mengurangi resiko dehidrasi pasien.
Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.
Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa.
Kolaborasi Pemberian cimetidine dan ranitidine
Mengganti kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera.
Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan.

Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung

EVALUASI 
Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu :
a.       Keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi
b.      Kebutuhan nutrisi teratasi
c.       Gangguan rasa nyeri berkurang
d.      Klien dapat melakukan aktifitas
e.       Pengetahuan klien bertambah.





BAB IV
KETRAMPILAN DASAR DALAM KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN SUNTIKAN INTRAMUSKULER (IM)
                                                                                                
A.      Pengertian IM
Intramuskuler (i.m),Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darahlebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yangdalam tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. 
B.       Tujuan IM
pemberian obat dengan absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan subcutan

C.      Manfaat
        2.2      Pasien mendapatkan pengobatan  sesuai program pengobatan dokter.
        2.3      Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
        2.4      Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
        2.5      Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test).



A.      Tempat penyuntikan






untuk penyuntikan :
1. Deltoid/lengan atas
2. Dorso gluteal/otot panggul
3. Vastus lateralis
4. Rektus femoralis
Daerah tersebut diatas digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot yang besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf.

B.       Persiapan bahan dan alat
        2.6      Persiapan alat :
1. Handscoon 1 pasang
2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau spuit  imunisasi
3. Bak instrument
4. Kom berisi kapas alcohol
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok
7. Obat injeksi dalam vial atau ampul
8. Daftar pemberian obat
9. Kikir ampul bila diperlukan
        2.7      10.waskom larutan klorin 0,5 %
        2.8      11.tempat cuci tangan
        2.9      12.handuk/lap tangan
    2.10      13.kapas alkohol








BAB  V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN   
GASTRITIS (dyspepsia/penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. 
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu: gastritis akut dan kronis. Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol,  aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori.
Manifestasi klinis gastritis antara lain nyeri terbakar di epigastrium atau rasa tidak enak yang bertambah berat dengan makan, dispepsia, anoreksia, nausea / muntah, dapat terjadi pedarahan yang mengakibatkan hematemesis, melena.




Penatalaksanaan dari penyakit adalah Mengurangi paparan obat-obat yang bersifat iritan. Mengurangi produksi asam untuk melindungi mukosa lambung dengan antagonis H2, inhibitor pompa proton, dan atau sukralfat. Gastritis H. Pylori simtomatik diterapi dengan terapi tripel selama 2 minggu (misalnya omeprazole, chlarithromyein, dan amoksilin; bismuth, metronidazole, dan ampisilin/tetrasiklin).
B.     SARAN
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan para pembaca mengenai penyakit gastritis. Kami selaku pembaca pula mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk kebaikan makalah  kami.











DAFTAR PUSTAKA
Baughman dan Haskley.(2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Ester, Monica.(2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Hirlan.(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta :
FKUI.
Sineltzer dan Bare G. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Bakta, I Made, dkk.(2002). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta:
EGC.

Doengoes, Marilyn E. dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Grace, Pierce & Borley Neil. (2007). At A Glance : Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : Erlangga.

Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag), Infeksi Mycobacteria pada Ulser Gastrointestinal. Jakarta: PustakaPopuler Obor.




1 komentar:

  1. Seandainya saja, Referensi Askep nya lebih terbaru lagi, tentunya saya akan lebih terbantu dengan artikel ini.

    BalasHapus