kesehatan

Kamis, 06 Juni 2013

Askep Asma

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting bagi kehidupan manusia, maka sistem pernafasan harus di jaga dari patogen – patogen yang dapat mempengaruhi pernafasan manusia seperti penyakit asma bronkial. Asma merupakan penyakit radang kronis umum dari saluran udara yang ditandai dengan gejala variabel dan berulang, obstruksi aliran udara berlangsung secara reversibel, dan bronkospasme. Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin meningkat.Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia mencapai 20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma diderita oleh 20 juta penduduk amerika.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di Journal of Allergy and Clinical Immunologytahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar per tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan.Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai tentang Asma dan pemberian Asuhan Keperawatan Klien dengan Asma.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa Definisi dari Asma ?
2.    Bagaimana anatomi fisiologi dari system pernafasan?
3.    Apa etiologi dari Asma?
4.     Apa manifestasi klinis dari Asma?
5.    Bagaimana patofisiologis dari Asma ?
6.    Bagaimana asuhan keperawatan dari Asma bronkial?

C.     Tujuan
1.    Untuk mengetahui definisi dari Asma bronkial
2.    Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari system pernafasan
3.    Untuk mengetahui etiologi dari asma bronkial
4.    Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Asma bronkial
5.    Untuk mengetahui patofisiologis dari Asma bronkial
6.    Untuk mengetahui Asuhan keperawatan dari Asma bronkial
           





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Asma

1.      Pengertian
Asma  adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma  (Ngastiyah, 2005).
Asma  adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan saluran bronchial mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2008).
Asma  adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).
2.      Anatomi dan fisiologi pernafasan
a.       Anatomi saluran nafas
Gambar 1




b.      Organ-organ pernafasan
1)      Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara (Hidayat, 2006).
2)      Tekak (faring)
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
3)      Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
4)      Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.


5)      Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V.
6)      Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya  90 meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara.

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara. Pada dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan udara ke dalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernapasan internal.
Proses pernafasan :
Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur oleh otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung (medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Stadium kedua adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida yang terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru (Price, 2005).


3.      Patofisiologi
a.    Etiologi
Adapun faktor penyebab dari asma  adalah faktor infeksi dan faktor non infeksi. Faktor infeksi misalnya virus, jamur, parasit, dan bakteri sedangkan faktor non infeksi seperti alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis (Mansjoer, 2000).
b.    Proses terjadi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus  dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis.
c.    Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain, sesak nafas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk, pilek, nyeri dada, nadi meningkat, retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis dan gelisah.
d.      Komplikasi
Adapun komplikasi yang timbul yaitu bronkitis berat, emfisema, atelektasis, pneumotorak dan bronkopneumonia.
4.      Pemeriksaan Diagnostik
a.         Pemeriksaan Radiologi
1)        Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik, atelektasis juga ditemukan pada anak-anak  6 tahun.
2)        Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma  sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.


b.        Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma .
c.         Uji faal paru
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalui mulut kemudian menghebuskan dengan kuat).
d.        Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.
5.      Penatalaksanaan medis
a.    Oksigen 4 - 6 liter / menit
b.    Pemeriksaan analisa gas darah mungkin memperlihatkan penurunan konsentrasi oksigen.
c.    Anti inflamasi (Kortikosteroid) diberikan untuk menghambat inflamasi jalan nafas.
d.    Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
e.    Pemberian obat ekspektoran untuk pengenceran dahak yang kental
f.     Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan bronkus
g.    Pemeriksaan foto torak
h.    Pantau tanda-tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan pernafasan dapat segera tertolong.

B.     .Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.              Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan (Gaffar, 1999). Pada tahap ini akan dilaksanakan pengumpulan, pengelompokan  dan penganalisaan data. Pada pengumpulan data akan diperoleh data subyektif yaitu data yang diperoleh dari keterangan pasien atau orang tua pasien. Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik. Dari data subyektif pada pasien asma  biasanya diperoleh data anak dikeluhkan sesak nafas, batuk, pilek, nafsu makan menurun, lemah, kelelahan dan gelisah. Dari data obyektif diperoleh data mengi/wheezing berulang, ronchi, dada terasa tertekan atau sesak, pernapasan cepat (takipnea), sianosis, nafas cuping hidung dan retraksi otot dada
a.                   Diagnosa keperawatan :
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual/potensial terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul seperti : (Carpenito, 2000 & Doenges, 1999)
1)        Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum/sekret.
2)        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap anoreksia akibat rasa dan bau sputum
3)        Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler
4)        Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
5)        Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap
6)        Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurangnya informasi.

b.                   Perencanaan keperawatan
Perencanaan merupakan preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat (Doenges, 1999).
Perencanaan diawali dengan memprioritaskan diagnosa keperawatan berdasarkan berat ringannya masalah yang ditemukan pada pasien (Zainal, 1999). Rencana keperawatan yang dapat disusun untuk pasien asma  yaitu: (Doenges, 1999).
1)       Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeabronkial
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
Rencana tindakan :
a)    Ukur vital sign setiap 6 jam
Rasional   :  Mengetahui perkembangan pasien
b)    Observasi keadaan umum pasien
Rasional : Mengetahui efektivitas perawatan dan perkembangan pasien.
c)    Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional :       Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris, sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dada dan/atau cairan paru.
d)    Auskultasi area paru, bunyi nafas, misal krekel, mengi dan ronchi
Rasional:        Bunyi nafas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi, krekel, mengi dan ronchi terdengar pada inspirasi atau ekspirasi pada respon bertahap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan nafas/obstruksi.

e)    Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional :       Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas pasien.
f)    Anjurkan banyak minum air hangat
Rasional :       Air hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
g)    Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler)
Rasional :       Memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat serta  menurunkan ketidaknyamanan dada.
h)    Delegatif dalam pemberian bronkodilator, kortikosteroid, ekspktoran dan antibiotik
Rasional :       Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan bronkus dengan memobilisasi sekret. Kortikosteroid yaitu anti inflamasi mencegah reaksi alergi, menghambat pengeluaran histamine. Ekspektoran memudahkan pengenceran dahak, Antibiotik diindikasikan untuk mengontrol infeksi pernafasan.

2)    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan : Ventilasi dan pertukaran gas efektif.
Rencana tindakan :
a)    Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam
Rasonal :        Penurunan keadaan umum dan perubahan vital sign merupakan indikasi derajat keparahan dan status kesehatan pasien.
b)    Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
Rasional :       Sianosis menunjukkan vasokonstriksi, hipoksemia sistemik.
c)    Pertahankan istirahat tidur
Rasional :       Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
d)    Tinggikan kepala dan sering mengubah posisi
Rasional :       Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi
e)    Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
Rasional :       Mempertahankan PaO2

2.      Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan adalah pngelolaan, perwujudan dari rencana perawatan yang telah disusun pada tahap kedua untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dan komprehensif. Tindakan keperawatan yang dilaksanakan disesuaikan dengan perencanaan (Nursalam, 2001).

3.      Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan yaitu :
a.             Bersihan jalan nafas efektif
b.             Ventilasi dan pertukaran gas efektif
c.             Aktivitas dapat ditingkatkan
d.            Pemenuhan nutrisi adekuat
e.             Nyeri berkurang/terkontrol
f.              Kecemasan orang tua berkurang/hilang, pengetauan orang tua bertambah, keluarga memahami kondisi pasien.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Asma  adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma  (Ngastiyah, 2005).
Asma  adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran bronchial (saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan saluran bronchial mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2008).
Asma  adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus terhadap bahan alergen (Riyadi, 2009).


B.     Saran

Kritikan yang sehat dan bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk mencapai kesempurnaan dalam proses belajar disiplin ilmu keperawatan (obstetri). Sehingga nanti benar-benar dapat diterapkan dalam dunia kesehatan.
                                               




DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2009). Asma Bisa Sembuh atau Problem Seumur Hidup.  Diperoleh tanggal 29 Juni 2009, dari http://www.medicastore.com/asma/

Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan. (Edisi 6). Jakarta: EGC
           
Doenges, M.E.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan.  (Edisi 3). Jakarta: EGC

Espeland, N. (2008). Petunjuk Lengkap Mengatasi Alergi dan Asma pada Anak. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Gaffar, L.O.J. (1999). Pengantar Keperawatan Profesional, Jakarta: EGC

Hidayat, A.A.A.(2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Surabaya: Salemba Medika




Tidak ada komentar:

Posting Komentar