kesehatan

Jumat, 07 Juni 2013

Askep Febris

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990). 
Keadaan ini sering terjadi pada pasien anak-anak, yaitu merupakan keluhan utama dari 50% pasien anak di UGD di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak, tetapi pada pasien dewasa maupun lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari sistem imun. Pada febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis kelamin.
Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif bermacam-macam atau dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak jenis penyakit. Febris dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000).
Contoh penyakit infeksi bakteri yang memberikan gejala febris adalah meningitis, bakteremia, sepsis, enteritis, pneumonia, pericarditis, osteomyelitis, septik arthritis, cellulitis, otitis media, pharyngitis, sinusitis, infeksi saluran urin, enteritis, appendicitis. Sedangkan untuk penyakit infeksi virus yang memberikan gejala febris adalah adalah ISPA, bronkiolitis, exanthema enterovirus, gastroenteritis, dan para flu. Selain dari penyakit, penyebab lain dari febris adalah cuaca yang terlalu panas, memakai pakaian yang terlalu ketat dan dehidrasi.
Untuk febris yang disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan diberikan obat antibiotic sedangkan dari non infeksi akan dilihat penyebab dari febris itu sendiri. Febris dapat segera teratasi dengan terapi dan perawatan yang tepat. Namun, apabila febris tidak diatasi dan diberikan perawatan yang tepat maka akan menjadi suatu kegawatan yang mengancam jiwa pasien.

B.     TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk memahami definisi febris.
  1. Untuk memahami etiologi febris.
  2. Untuk memahami klasifikasi febris.
  3. Untuk memahami patofisiologi febris.

C.    MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai perawat.
b.    Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan kperawatan.
c.    Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh pasien secara kesadaran bagi klien untuk memperhatikan kondisi tubuhnya.
d.      Bagi Lahan Praktek
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
e.       Bagi Masyarakat
Merupakan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit febris 



BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFINISI FEBRIS
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2003).
Febris konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh(diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium.
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi (hiperpireksia) 
(Julia, 2000).

B.     ETIOLOGI FEBRIS
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi febris,diantaranya
1.      Suhu lingkungan.
2.      Adanya infeksi.
3.      Pneumonia.
4.      Malaria.
5.      Otitis media.
6.      Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Menurut Guyton (2000) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.

C.  KLASIFIKASI FEBRIS
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
Fever
Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis
Hyperthermia
Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan
Malignant Hyperthermia
Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai kekakuan otot karena anestesi total
Tipe - tipe demam.diantaranya:
  1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik
  1. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik
  1. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana
  1. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
  1. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.

D.   PATOFISIOLOGI
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada demam hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.



Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat digambarkan sebagai berikut :
Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus) à menginduksi sel darah putih untuk produksi pirogen endogen àyang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-a, selain itu ada IL-6 dan IFN à bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum pada lamina terminalis (OVLT) à OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum
Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature, yang mentranduksi sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris oleh lipopolisakarida, TNF-a dan IL-1b yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan seluler.



Sitokin proinflamotori à masuk ke sirkulasi hipotalamik à stimulasi pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamik àsitokin proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi lain seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) àmembatasi besar dan lamanya demam
D.      MANIFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan  gejala
-     Peningkatan denyut jantung
-     Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
-     Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
-     Peningkatan suhu tubuh
-     Pengeluaran keringat berlebih
-    Rambut pada kulit berdiri
-    Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
 Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala
-     Proses mengigil lenyap
-    Kulit terasa hangat / panas
-     Merasa tidak panas / dingin
-     Peningkatan nadi
-     Peningkatan rasa haus
-     Dehidrasi
-     Kelemahan
-     Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
-     Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.


Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
-    Kulit tampak merah dan hangat
-    Berkeringat
-     Mengigil ringan
-      Kemungkinan mengalami dehidrasi

E.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
  1. Uji coba darah,
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat(SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
  1. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
  1. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
  2. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa









F. PENATALAKSANAAN FEBRIS
1.    Secara Fisik
a.    Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b.    Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c.    Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
d.   Memberikan kompres
Berikut ini cara mengkompres yang benar :
-       Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau es
-       Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang telah dibasahi air hangat
-       Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
-       Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air hangat
2.  Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit ini tidak menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan.



Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid adalah antibiotika golongan Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari;
Petunjuk pemberian antipiretik:
  1. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
  2. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup parasetamol
  3. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam

G. KOMPLIKASI FEBRIS                                                    
Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya:
1.   Takikardi
2.   Insufisiensi jantung
3.   Insufisiensi pulmonal
4.   Kejang demam











BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGUMPULAN DATA
1.      Identitas pasien
Nama                      : An. A
Umur                      : 3,5 tahun
Jenis kelamin          : Laki-laki
pekerjaan                : -
Status pernikahan   : Belum menikah
Pendidikan                         : -
Alamat                    : Cunda 
Agama                    : Islam
          Suku/bangsa           :Aceh/ indonesia 
Tanggal masuk rumah sakit: 09 februari 2013
Diagnosa medis                   : Febris
2.    Identitas penanggung jawab:
Nama                                  : Ibu B
Umur                                  : 25 tahun
Jenis kelamin                      : Perempuan
Hubungan dengan pasien   : Ibu kandung
Pekerjaan                            : Ibu rumah tangga
Alamat                                : Cunda

B.     ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)
1.      KeluhanuUtama
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari, muntah dan mual bila makan dan minum, lemes, ( umumnya ada gejala lain yang menyertai demam misalnya mual muntah, nafsu makan menurun, diaforesis, gangguan eliminasi, nyeri otot dan sendi).


2.    Riwayatakesehatanasekarang
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari terus menerus, mual dan muntah bila makan dan nafsu makan dan minum menurun. Sebelumnya keluarga hanya mengompres anaknya tapi panasnya belum turun juga.
3.    Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ada yang mengalami demam seperti pasien tanpa mual muntah seperti gejala yang dialami pasien, namun sembuh hanya dengan meminum obatyangdibelidipasaran.

C.  PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)
a.    Keadaan umum : lemas
b.    Kesadaran : composmentis
c.    Tanda vital :
TD              :
Pols             : 
Temp          : 38
RR              :
BB             :
TB              :
Head to Toe
a.       Kepala
Rambut    : warna hitam, kulit kepala nampak kering
Mata         : simetris, konjungtiva anemis
Hidung     : fungsi penciuman baik, tidak ada secret
Telinga     : tidak ada serumen, pendengaran baik
Mulut       : mukosa bibir kering tidak ada stomatitis
Leher        : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Wajah       : tampak pucat dan lemas



b.      Dada
Jantung I : IC tidak tampak
P               : IC kuat angkat
P               : Batas jantung tidak melebar
A              : Bunyi jantung I-II simetris
Paru I       : Pengembangan dada ka = ki simetris
P               : Fremitus seimbang
P               : Sonor
A              : Bunyi vesikuler

c.       Abdomen I           : tidak ada distensi abdomen
A              : Peristaltik usus ± 15 x/menit
P               : Tidak teraba massa 
P               : Tidak kembung
d.    Genetalia              : genetalia bersih
e.    Ektremitas            : lemah dalam menggerakkan tangan
f.     Turgorkulit           :jelek
g.    PemeriksaanPenunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.







ASUHAN KEPERAWATAN
Resiko tinggi infeksi b/d :
-    Penurunan sistem tubuh
-    Kegagalan untuk mengenal dan mengatasi infeksi
-    Prosedur infasif
-    Nosokomial.

Tujuan/kriteria hasil :
-          Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu
-          Bebas dari sekresi purulen, bebas dari febris.

Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
-      Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
-      Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
-      Resiko kekurangan  volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporesisi

Discharge Planning
1.    Ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau
Perawat
2.    Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
3.    Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
4.    Intruksikan untuk kontrol ulang
5.    Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus.










RENCANA KEPERAWATAN
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Intervensi (NIC)
1.
Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit.
Batasan karakeristik :
kenaikan suhu
tubuh diatas
rentang normal
serangan atau
konvulsi (kejang)
kulit kemerahan
pertambahan RR takikardi  
saat disentuh
tangan terasa
hangat
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ….X 24
jam, pasien mengalami keseimbangan termoregulasi dengan
kriteria hasil :
   Suhu tubuh dalam rentang normal 35,9 C – 37,5 C
   Nadi dan RR dalam rentang normal
   Tidak ada perubahan warna kulit
   Tidak ada pusing


Mengontrol panas
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Monitor suhu basal secara kontinyu sesui dengan kebutuhan.
Monitor TD, Nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor WBC,Hb, Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan Tapid sponge
Berikan cairan intra vena
Kompres pasien pada lipat paha, aksila dan leher
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature Regulation
Monitor tanda- tanda hipertermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tetang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan
Berikan obat antipiretik sesuai dengan kebutuhan
Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh sesuai dengan kebutuhan

Lepasakan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan hanya selembar pakaian.
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor vital sign saat pasien berdiri, duduk dan berbaring
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, Nadi, dan RR sebelum, selama, dan sesudah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
Abnormal
Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya tekanan nadi yang melebar , bradikardi, peningkatan sistolik (Chusing Triad)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital Sign
2.
Resiko injury
berhubungan dengan infeksi
mikroorganisme
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x
24 jam, pasien tidak
mengalami injury.
Risk Injury
Kriteria Hasil :
  Klien terbebas dari cidera
  Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk
mencegah injury atau cedera
  Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkunga atau perilaku personal
  Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
  Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
  Mampu mengenali
perubahan status kesehatan
   Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
   Identifikasi kebutuhan
Keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
Menghindari lingkungan yang berbahaya misalnya memindahkan perabotan
   Memasang side rail tempat tidur
   Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
   Meletakan saklar lampu
tempat yang mudah dijangkau pasien
Membatasi pengunjung
   Memberikan penerangan yang cukup
   Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
   Mengontrol lingkungan dari kebisingan
   Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
   Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
3
Resiko kekurangan volume cairan
dengan faktor resiko faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (hipermetabolik)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam, fluid balance dengan kriteria hasil :
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Fluid management:
   Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
   Monitor status dehidrasi( kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
   Monitor vital sign
   Monitor asupan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
   Lakukan terapi IV
   Monitor status nutrisi
   Berikan cairan
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
   Dorong masukan oral
   Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
   Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas belimbing perhari
   Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
   Atur kemungkinan transfusi


BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi febris,diantaranya
a.       Suhu lingkungan.
b.      Adanya infeksi.
c.       Pneumonia.
d.      Malaria.
e.       Otitis media.
f.       Imunisasi

B.     SARAN
Demikian pembuatan makalah yang kami,dan kami mohon kritikan dan saran yang membangun karena bagaimanapun kami tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan dalam membuat dan menyusun makalah.oleh karena itu dengan kritik dan saran bisa memperbaiki dan juga dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik.






DAFTAR PUSTAKA
Ngastiah,Editor Setiawan S, Kep.(2005). Buku keperawatan anak sakit.
Jakarta:EGC.   
Corwin.(2000). Hand Book Of Pathofisiologi.Jakarta:EGC.
Doenges,M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F.(2000). Rencana Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan. Jakarta:EGC.
Hidayat,A. A.(2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Nanda. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta:Prima Medika.
Suriadi dan Yuliani, R.(2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
CV. Sagung Seto.


1 komentar: